Kamis, 16 Januari 2014

Lakukan saja

2 hari yang lalu aku melakukan sesuatu yang sebenarnya memang kuinginkan namun aku kurang percaya diri untuk melakukannya. tapi karena dukungan dari 1 pihak aku berani melakukannya.
Awalnya aku mengira akan sangat sulit. Aku pesimis akan hal yang mulai kuklakukan. Bahkan sampek kebawa pikiran sampai-sampai aku secara tidak sengaja mengesampingkan tugas-tugasku dan hasilnya beberapa tugas kacau.
Setelah beberapa langkah kulalui semakin banyak pikiran dan masalah-masalah terkait dengan apa yang kulakukan itu. Masalah tentang kekhawatiran, tentang kepercayaan, bahkan masalah tentang dukungan. Masalah-masalah tersebut seakan memberikan pukulan dalam hatiku dan membuatku sempat berfikir untuk menyerah dan belok mencari jalan mudah meski kutahu yang mudah itu belum tentu baik.
kuistirahatkan tubuh dan fikiranku agar mendapat ide dan tenaga untuk menyelesaikan masalahku. Dan itu gk percuma karna waktu telah menjawab keragu-raguanku dan seiring ide yang muncul akupun mulai menemukan jalan atas masalahku dan kini aku separuh jalan untuk menyelesaikan misi pertama kelas A ku. hehehe... ternyata begitu... jalan itu selalu ada... tp jalan itu baru benar2 berarti jalan bila kita sudah berjalan (boso jowone " Embong iku bener-bener dadi Embong lek Kowe wes mlaku")

Jumat, 10 Januari 2014

Sudah lama aku gk nulis diary di Blog ini karena males dan sibuk. Mulai dari UAS sampai Tugas sekolah yang lumayan menyita waktu dan tenaga. Belum lagi ditambah undangan-undangan acara yang nggak begitu penting namun harus aku hadiri. Huft banyak dech.
Banyak hal yang terjadi yang tentunya sudah tidak dapat dihitung lagi. Mulai dari yang menyenangkan sampai yang membingungkan. Namanya juga lama nggak buka blog hehhe..
 Sebenernya sih gk penting-penting amat nulis diary kayak gini, tapi entah kenapa aku ngerasa nulis diary itu bisa berguna di masa mendatang. yah... paling enggak buat hiburan sendiri pada masa yang akan datang tentang celotehku saat ini. Kadang aku baca tulisanku yang lalu aja tertawa. Pada waktu aku nulis dulu aku memahami betul eh setelah kubaca bulan berikutnya aku ngerasa tulisanku lucu karna terlihat seperti tulisan orang sok pinter nulis tapi susunannya aneh dan perlu waktu agak lama untuk memahaminya lagi. Tapi yah namanya juga Diary , boleh-boleh saja kan?
Heemmmmz... hari ini sebenernya aku mau nulis tentang hal yang terjadi di awal tahun 2014 ini. pertama ya buat dokumentasi kedua ya buat pengingat di masa mendatang.
langsung aja dech di bulan ini aku menghadapi beberapa kebimbangan. yang pertama berkaitan dengan Uang, yang kedua berkaitan dengan Janji, dan yang ketiga berkaitan dengan perasaanku yang kupendam pada seseorang yang sangat kudambakan tapi Dia sekarang tak panggil Adik.
Kebimbangan pertama, di awal tahun ini aku ternyata membutuhkan uang lebih dari yang aku butuhkan biasanya. dan salahnya aku baru tahu kalau cari pinjaman uang itu sulit... hawwwhh.. mumet dech. Intinya uang e butuh gawe nyaur utang dan membeli barang yang aku inginkan. Harus pilih salah satu yang harus didahulukann makanya aku bimbang. dan sekarang ini aku sedang berusaha agar keduanya bisa terlaksana bersama-sama. Amin.
Kebimbangan kedua karena janji. Pada suatu hari di waktu itu aqw pernah berjanji kepada seseorang yang sedang bekerja di LN akan melakukan sesuatu hal . Sebenernya sih aku guyon2 aja. Kupikir ya Dia jauh di LN gt loch dan pulangnya juga masih lama waktu itu. kukira dia juga guyon eh ternyata Kemaren dia telphone aku bahwa dua minggu lagi mau pulang ke Indo dan Dia mengingatkan bahwa aku punya janji. Seketika aku kaget karena situasi dan kondisiku sekarang gk sama dg dulu waktu janji. Sperti makan buah simalakama nih. Ditepati menurutku aku juga bersalah nggak ditepati juga salah. ooowwwhhh...
Kebimbangan yang ketiga soal asmara sebenernya ini. aku kenal cewek.. belum satu tahun sih. mulanya aku cuma tahu fotonya di HP temen aku. Lalu beberapa bulan kemudian aku ketemu dia saat dia ikut temenku itu ketemu sama aku. trus aku tanya ke temenku," Siapa itu.?, Manis" Temenku njawab.\,"Dia sepupuku namanya L". Wauuwwhhh... aku terpesona melihatnya di bawah remang2 sinar rembulan (alamak... inget trus). Besoknya aku minta nomor HP nya lewat temenku tadi. Lalu tak Chat dech di WA. Hemmmz semakin lama aku Chat dg nya aku semakin ngrasa cocok dengannya. Kemistrinya dapet kalau kata Yuanita. Aku putuskan untuk menyukainya dan menaruh namanya di dekat pintu hatiku. Perlu diketahui cewek ini L : Canyti, manis, imut, nyambung kalo ngobrol, Pinter, bijaksana, pengertian, dll. Nah truz yang jaadi kebimbangan adalah : ( ternyata nggak bisa kuungkapin karena aqw udah janji pada diriku sendiri nggak akan nulis masalah ini di Diary ku sendiri sebelum aku menemukan jalan keluarnya) hehehe... Intinya aku akan berjuang menemukan jalan keluar dan menulis di Diary.
Bye .. cukup dulu udah ngantuk


LIMBAH

Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju dan modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring sehingga peningkatan akan limbah tak bisa di elakkan lagi.

Limbah sendiri dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

1. Brdasarkan Wujudnya
Pada pengelompokan limbah berdasarkan wujud lebih cenderung di lihat dari fisik limbha tersebut. Contohnya limbah padat, disebut limbah padat karena memang fisiknya berupa padat, sedangkan limbah cair dikarenakan fisiknya berbentuk cair, begitu pula dengan limbah gas.

Limbah Gas,
 merupakan jenis limbah yang berbentuk gas, contoh limbah dalam bentuk Gas antara lain: Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), SO2,HCL,NO2. dan lain-lain.

Limbah cair,
 adalah jenis limbah yang memiliki fisik berupa zat cair misalnya: Air Hujan, Rembesan AC, Air cucian, air sabun, minyak goreng buangan, dan lain-lain.

Limbah padat
 merupakan jenis limbah yang berupa padat, contohnya: Bungkus jajanan, plastik, ban bekas, dan lain-lain.

2. Berdasarkan sumbernya
Pada pengelompokan limbah nomor 2 ini lebih difokuskan kepada dari mana limbah tersebut dihasilkan. Berdasarkan sumbernya limbah bisa berasal dari:
·         Limbah industri; limbah yang dihasilkan oleh pembuangan kegiatan industri
·         Limbah Pertanian; limbah yang ditimbulkan karena kegiatan pertanian
·         Limbah pertambangan; adalah limbah yang asalnya dari kegiatan pertambangan
·         Limbah domestik; Yakni limbah yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan pemukiman-pemukiman penduduk yang lain.

3. Berdasarkan senyawa
Berdasarkan senyawa limbah dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni limbah organik dan limbah anorganik.

Limbah Organik,
 merupakan limbah yang bisa dengan mudah diuraikan (mudah membusuk), limbah organik mengandung unsur karbon. Contoh limbah organik dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kotoran manusia dan hewan.

Limbah anorganik,
 adalah jenis limbah yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak bisa membusuk), limbah anorganik tidak mengandung unsur karbon. Contoh limbah anorganik adalah Plastik dan baja.

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Selain pengelompokan limbah-limbah diatas masih ada lagi jenis limbah yang lain, yakni limbah B3. Dari pengertian umumnya limbah merupakan suatu barang sisa yang bisa berupa padat, cair dan gas. Limbah B3 sendiri merupakan jenis limbah yang sangat berbahaya, suatu limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3 jika mengandung bahan yang berbahaya serta beracun karena sifat dan konsentrasinya bisa mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan. Limbah B3 sendiri masih memiliki beberapa karateristik lagi yakni; Beracun, mudah meledak mudah terbakar, bersifat korosif, bersifat reaktif, dapat menyebabkan infeksi dan masih banyak lagi.

Cara pembuangan limbah
Limbah, baik limbah cair, padat, gas dan limbah B3 memiliki cara tersendiri dalam penanganan pembuangan. Limbah B3 tidak bisa disamakan pembuangannya dengan limbah cair ataupun limbah padat begitu pula sebaliknya. Untuk penanganan limbah cair sendiri masih dibagi lagi menjadi beberapa bagian, untuk lebih jelasnya perhatikan bagaimana cara penanganan limbah di bawah ini.

Penanganan limbah Cair
Penanganan limbah Cair sangatlah sulit, setiap bahan yang berbeda harus ditangani dengan cara yang berbeda pula. Dalam penanganan limbah cair terdapat beberapa cara yakni sebagai berikut ini:
·         Pengolahan primer
·         Pengolahan sekunder
·         Pengolahan tersier
·         Desinfeksi
·         Pengolahan lumpur

Pengolahan limbah padat
Pada pengolahan limbah padat berbeda dengan penanganan limbah cair, dalam penanganan limbah padat dibagi dalam beberapa cara yakni:
·         Penimbunan terbuka
·         Sanitary landfill
·         Daur ulang
·         Insinerasi
·         Dijadikan kompos

Pengolahan limbah Gas
Untuk penanganan limbah gas lebih ditekankan pada bagaimana mencegah gas pencemar tersebut mencemari lingkungan, misalnya dengan memasang filter (penyaring) pada knalpot kendaraan bermotor, pengendap siklon, mengontrol emisi gas buang dan masih banyak lagi.

Pengolahan limbah B3
Pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) memiliki cara yang berbeda, berhubung jenis limbah ini bisa menimbulkan bahaya bagi lingkungan maka penanganan dengan benar haruslah diperhatikan. Untuk pembuangan limbah B3 haruslah berhati-hati karena tidak bisa dibuang begitu saja, limbah haruslah diolah terlebih dahulu baik melalui pengolahan fisik, biologi dan kimia dengan tujuan dapat menghilangkan efek berbahaya yang terdapat didalam limbah. Berikut ini beberapa cara pengolahan limbah B3:
·         Kolam penyimpanan (surface impoundments)
·         Sumur dalam/Sumur injeksi
·         Secure landfill/lanfill untuk limbah B3

Limbah telah menjadi persoalan penting di negeri ini, untuk menciptakan negeri yang bersih dan sehat tentunya harus kita mulai dengan cara hidup bersih dan sehat pula. Untuk itu mulailah dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja membersihkan halaman rumah, selokan didepan rumah dan juga sadarkan diri akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran ini juga harus dilakukan oleh semua pihak, terutama jangan lagi ada pabrik-pabrik yang membuang limbah di sungai. Selain merugikan bagi kesehatan limbah yang di buang di sungai juga bisa membawa efek yang lain, misalnya saja biota sungai seperti ikan, plankton dan tanaman air akan mati. Sungai yang tercemar juga akan sangat buruk dipandang, mestinya sungai bisa kita manfaatkan sebagai tempat rekreasi dan mencari rezeki namun jika sudah tercemar seperti ini mau bagaimana lagi. Semoga kedepannya Indonesia menjadi negara yang bersih, sehat dan bersih dari limbah.

Terimakasih telah membaca !!!
Ditulis oleh Dedi styawan, Wednesday, June 05, 2013 - Rating: 4.5
Judul : pengertian limbah: pengelompokan limbah dan contoh-contohnya
Deskripsi
 : Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari te...
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). [1]
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Daftar isi
  [sembunyikan
·         1 Pengolahan limbah
·         2 Karakteristik limbah
·         3 Limbah industri
·         5 Macam Limbah Beracun
·         6 Catatan kaki
Pengolahan limbah[sunting | sunting sumber]
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1.    pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2.    pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jambanmisalnya.
1.    Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2.    Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.[1]
3.    Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4.    Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5.    Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat
Karakteristik limbah[sunting | sunting sumber]
1.    Berukuran mikro
2.    Dinamis
3.    Berdampak luas (penyebarannya)
4.    Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Limbah industri[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.    Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik
2.    Limbah padat
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)[sunting | sunting sumber]
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Macam Limbah Beracun[sunting | sunting sumber]
·         Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
·         Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
·         Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
·         Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
·         Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
·         Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan

Ekologi, Prinsip-Prinsip Ekologi, dan Etika Lingkungan

I.                   PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Pada saat ini masyarakat kita dihadapkan dengan beberapa permasalah yang menjadi penghambatan dalam melakukan kegiatan, salah satunya adalah permasalahan lingkungan yang dapat menimbulkan bencana alam. Banyak sekali faktor yang menjadi penyebab dari permasalan ini.
Permasalahan Lingkungan  menjadi permasalahan yang sudah tidak asing lagi di negara kita ini. Banyak sekali akibat yang ditimbulkan oleh permasalahan lingkungan. Permasalahan ini sudah terjadi sejak adanya manusia di bumi ini. Maka dalam sebuah artikel menyebutkan bahwa faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan hidup adalah populasi manusia.
Pertumbuhan populasi manusia yang cepat, menyebabkan kebutuhan akan pangan, bahan bakar, tempat pemukiman, dan kebutuhan lain serta limbah domestik juga bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi manusia telah mengakibatkan perubahan yang besar terhadap lingkungan hidup.
Pertumbuhan populasi manusia menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan, seperti: kerusakan hutan, pencemaran, erosi, dan sebagainya; karena manusia selalu berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya dan benda mati dalam lingkungan. Ini dilakukan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam upaya mempertahankan jenis dan keturunannya.[1]
Permasalahan lingkungan hidup menjadi semakin parah karena adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan teknologi tidak hanya berperan sebagai perusak namun juga dapat membantu menanggulangi masalah lingkungan hidup.
Pemenuhan kebutuhan manusia dapat terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang berbentuk pengelolaan lingkungan hidup. Melalui pengelolaan lingkungan hidup, terjadi hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Ini berarti sudah berkaitan dengan konsep ekologi, terutama tentang konsep hubungan timbal balik (inter-related) antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Dengan demikian apabila membicarakan lingkungan hidup, maka konsep ekologi akan selalu terkait, sehingga permasalahan lingkungan hidup adalah permasalahan ekologi.
Dalam makalah ini kami menulis beberapa penjelasan yang akan bermaanfat untuk para pembaca khususnya tentang ekologi, prinsip-prinsip yang terkandung dalam ekologi, dan etikka lingkungan yang telah kami dapatkan dari beberapa sumber.

B.            Permasalahan
Dari penjabar yang telah kami cantumkan dalam latar belakang maka permasalahan yang akan kita bahas adalah tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidup yaitu tentang ekologi, prinsip-prinsip ekologi, dan etika lingkungan. Dari pembahasan itu kita akan memahami bagaimana yang harus kita lakukan terhadap lingkungan sekitar kita.



II.                   PEMBAHASAN
Pembahasan dalam makalah ini berkaitan dengan masalah lingkungan hidup, sebagaimana yang telah kami jabarkan dalam pendahuluan dengan judul EKOLOGI, PRINSIP-PRINSIP EKOLOGI, dan ETIKA LINGKUNGAN.
Pertama-tama yang kita lakukankan adalah mengetahui pengertian dari ekologi, prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya dan bagaimana dengan etika lingkungan yang baik dan benar.
    
A.        Pengertian Ekologi, Prinsip-prinsip Ekologi, dan Etika Lingkungan
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup.[2]
Secara luas ekologi dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Sehingga inti dari permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidup.
Prinsip-prinsip ekologi merupakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ekologi. Dan  prinsip-prinsip inilah yang akan menjadi pokok dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup.
Etika diartikan sebagai kebiasaan hidup yang baik yang biasanya di wariskan dari satu generasi ke generasi lain. Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik. Isi dari etika itu sendiri bisa merupakan perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia. Secara luas, etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup dan bertindak sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, dan arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.
 Mengacu pada pemahaman tersebut maka etika lingkungan hidup pada hakekatnya membicarakan mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam tersebut.
B.         Prinsip-Prinsip yang Terkandung dalam Ekologi
Pembahasan selanjutnya adalah prinsip-prinsip ekologi, dari beberapa sumber yang telah kami baca prinsip ekologi ada 14, antara lain:
1.               Semua energi yang memasuki sebuah organisme (jasad hidup), populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
2.               Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul cermat.
3.               Materi, Energi, Ruang, Waktu, dan Keaneka-ragaman adalah kategori sumber alam.
4.               Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaan sumber itu sudah cukup tinggi, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini, takkan ada pengaruh yang menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumber alam (Kecuali Keaneka-ragaman dan Waktu) kenaikan pengadaan sumber alam yang melampaui batas maksimum, bahkan akan mempunyai pengaruh yang merusak karena kesan peracunan. Ini adalah prinsip penjenuhan. Untuk banyak fenomena sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
5.               Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan seterusnya dan ada pula sumber alam yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
6.               Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
7.               Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal.
8.               Bahwa sebuah habitat (Lingkungan hidup) itu dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson. Hal itu bergantung pada bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
9.               Keaneka-ragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitasnya.
10.           Perbandingan (rasio) antara biomasa dengan produktivitas (B/P) naik dalam perjalanan waktu pada lingkungan yang stabil hingga mencapai sebuah asimtot.
11.           Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum dewasa).
12.           Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
13.           Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan berlakunya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap (dewasa), yang kemudian dapat menggalakkan kestabilan kepada populasi.
14.           Derajat pola keteraturan naik turun populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.[3]
Pembahasan:
Prinsip pertama ini sama dengan hukum termodinamika I dan sering pula disebut sebagai hukum Konservasi Energi. Pada dasarnya energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, namun energi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lainnya. Hal ini terjadi dalam suatu sisitem kehidupan. Oleh karena itu, sistem kehidupan dianggap sebagai pengubah energi. Sehingga dalam sistem kehidupan tersebut akan dijumpai berbagai strategi untuk mentransformasikan energi. Tiap organisme, populasi atau ekosistem memiliki energi yang tersimpan atau terlepas.
Contoh : Energi yang diperoleh seekor binatang, misalnya kerbau yang berasal dari rumput akan diubah menjadi energi gerak/mekanik yang dihasilkan melalui proses pencernaan makanan. Sebagian energi itu akan dirubah juga menjadi energi panas atau kalor.
Prinsip yang ke-2 merupakan hukum termodinamika II. Artinya, meskipun energi itu tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi itu akan terus mengalami perubahan (diubah-ubah) ke dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Hal ini menyebabkan terjadinya kecendurang alamiah bahwa hampir semua bentuk energi mengalami degradasi kedalam bentuk panas tanpa balik, dari pemuaian beradiasi keangkasa lepas.
Contoh : Energi yang diambil oleh seekor hewan yang dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan hidupnya berupa makanan yag padat dan bemanfaat. Tetapi energi yang dihasilkan dari makanan tersebut berupa panas yang disebabkan karena aktitas seperti berlari, terbang atau berenang adalah terbuang percuma.
Prinsip yang ke-3, ruang merupakan sesuatu yang dapat menjadi pemisah antara jasad hidup (organsime) dari bahan makanan yang dibutuhkannya. Jauh dekatnya ruang yang memisahkan organsime dari bahan makanannya akan sangat menentukan perkembangan populasi organsime tersebut. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam. Waktu merupakan sumber alam yang sangat berharga dan bukan merupakan besaran yang berdiri sendiri.
Contoh : Waktu berkaitan dengan sejauh mana suatu organisme dapat bertahan hidup. Misalnya, seekor pemangsa katakanlah singa harus menahan lapar yang cukup lama dalam melakukan pengintaian terhadap mangsanya sebelum benar-benar yakin dapat menerkam mangsanya itu. Karena apabila sudah melewati batas waktu maksimum kemampuan menahan lapar, kemudian tidak berhasil menangkap mangsa, maka singa itu akan mati.
Prinsip ke-4, pengadaan sumber alam itu mempunyai batas optimum, artinya bahwa bukan saja batas maksimum, tetapi juga batas minimum pengadaan sumber alam itu akan mengurangi daya kegiatan suatu sistem. Konsekuensinya, karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam suatu populasi, maka naik turunnya individu populasi bergantung pula pada pengadaan sumber alam itu pada suatu jumlah tertentu. Maka, di dalam suatu keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi tumbuhan/hewannya cenderung naik turun daripada terus naik atau terus turun. Akan terjadi pengintensifan perjuangan untuk hidup, bila persediaan sumber alam berkurang, sebaliknya akan terjadi ketenangan bila sumber alam bertambah. Akibatnya, kepadatan populasi yang berlebih akan membawa penurunan jumlah populasi dan sebaliknya. Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan pengaturan populasi karena faktor yang bergantung kepada kepadatan itu (density dependent faktor).
Contoh : Seekor harimau akan berjuang lebih keras dalam melakukan perburuan terhadap binatang yang menjadi mangsa, ketika populasi binatang yang jadi mangsa itu berkurang.
Prinsip ke-6 merupakan pernyataan teori Darwin dan Wallace. Bila terjadi perbedaan sifat keturunan dalam tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik dan biologi, kemudian timbul kenaikan dalam kepadatan populasi sehingga timbul persaingan, maka organisme yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan tersebut. Oleh karena itu, organisme yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap keadaan lingkungannya (adaptif) akan mampu pula menghasilkan keturunan daripada organisme non adaptif. Namun, meskipun demikan, bila kondisi lingkungan berubah, beberapa spesies lain mungkin akan lebih adaptif daripada spesies yang lainnya.
Contoh : Kepunahan yang terjadi pada hewan-hewan purba yang disebabkan karena faktor perubahan lingkungan yang sangat drastis, namun ada beberapa organisme yang dapat bertahan karena memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubuhan yang terjadi itu.
Prinsip ke-7, alam lingkungan yang mudah diramal artinya adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang realtif lama. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan sebuah lingkungan yang terdiri atas banyak spesies dari yang umum hingga yang jarang dijumpai, yang dapat melakukan penyesuaian (secara evolusi) kepada tingkat optimum daripada keadaan lingkungannya. Lingkungan yang tidak stabil, hanya baik dihuni oleh spesies yang relatif sedikit jumlahnya dan umumnya kepadatannya pun kurang lebih serupa.
Contoh : ekosistem padang pasir hanya dihuni oleh beberapa spesies yang memilki kemampuan adaptif terhadap kondisi lingkungan yang panas dan kering.
Prinsip ke-8, tiap spesies mempunyai niche (relung) tersendiri, sehingga antar spesies dapat hidup berdampingan tanpa persaingan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda-beda di alam. Seandainya ada sekelompok taksonomi lain yang terdiri atas spesies yang mempunyai cara makan serupa dan mempunyai toleransi terhadap lingkungan yang bermacam ragam serta luas, maka alam lingkungan itu hanya akan ditempati oleh spesies yang kecil saja keanekaragamannya.
Prinsip ke-9, ada hubungan antara biomasa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi. Bila suatu sistem menyimpan sejumlah materi B (untuk biomasa) dan mengandung aliran energi melalui materi itu P (untuk produktivitas yaitu ukuran aliran energi dalam waktu tertentu), lalu aliran energi itu telah berasosiasi sebanding dengan aliran materinya, dan materi itu bebas tukar menukar dengan materi yang tersimpan, maka jumlah waktu rata-rata (t) yang diperlukan bagi penggunaan materi dalam sisitem itu dapat dinyatakan dengan rumus : t = K . B/P, dengan K adalah koefisien tetapan. Keanekaragaman atau kompleksitas suatu sistem (D) sebanding dengan t. Artinya, kecermatan penggunaan aliran energi dalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi itu dalam suatu komunitas.
Prinsip ke-10 ini merupakan kelanjutan dari prinsip 7 dan 9. Kalau D meningkat dalam perjalanan waktu serta habitat yang stabil dan sebanding dengan B/P, maka B/P harus meningkat pula dalam habitat yang stabil itu. Prinsip 10 ini sangat penting, sebab berarti sistem biologi itu menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan kecermatan penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain, jika kemungkinan P maksimum itu sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk ke dalam ekosistem, sedangkan D dan B masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka kuantum (jumlah) energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomasa yang lebih besar melalui kompleksitas organisasinya.
Prinsip ke-11 ini berarti bahwa ekosistem, populasi, atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi biomasa dan keanekaragaman tingkat organisasi di dekatnya yang belum dewasa. Energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu gradasi yang menuju ke arah organisme yang kompleks, atau dari sub sistem yang tinggi keanekaragamannya. Prinsip 11 merupakan kelanjutan dari prinsip 5 dan 9 yang pada prinsipnya menyatakan bahwa satu cara untuk menigkatkan kecermatan penggunaan energi, ialah dengan mengeksploitasi sistem lain yang menghabiskan energinya untuk mengumpulkan materi dan energi yang dibutuhkan.
Prinsip yang ke-12 ini merupakan kelanjutan dari prinsip 6 dan 7. Jika pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus-menerus meningkat dalam perjalanan waktu di lingkungan yang sudah stabil, maka dapat diharapkan akan adanya perbaikan yang terus menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Dalam sebuah ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan) yang sudah stabil, keperluan untuk memiliki sifat responsif terhadap fluktuasi faktor alam yang tak diduga-duga ternyata tak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimiawi lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu.
Prinsip yang ke-13, dalam komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, dan bila sesuatu yang buruk berlaku pada satu jalur, maka kemungkinan jalur lain mengambil alih adalah lebih besar (prinsip 7). Jika kestabilan lingkungan fisik itu merupakan syarat bagi penimbunan kompleksitas organisasi dan keanekaragaman biologi, maka kestabilan faktor fisik akan mendukung kestabilan populasi dalam ekosistem yang mantap (prinsip 7). Adaptasi yang peka dan kompleks serta sistem kontrol akan berevolusi sebagai tangggapan terhadap lingkungan biologi dan sosial daripada komunitas yang stabil (prinsip 12). Kecermatan energi berarti pemborosan minimum, serta amplitude yang luas daripada populasi dilakukan dengan peningkatan pembalikan keturunan yang merupakan ukuran dari pemborosan dan amplitude yang luas daripada naik turun populasi merupakan karakteristik ekosistem yang belum mantap.
Prinsip ke-14, populasi yang berbeda-beda memang mempunyai pola keteraturan naik-turun populasi yang berlainan. Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip 13. Tidak ada keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi. Jika sifat ktidakstabilan itu sedemikian rupa sehingga sejumlah kecil spesies berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam satu cara tertentu sampai terjadi perpanjangan waktu, maka fluktuasi populasi yang sangat tinggi mungkin saja berlaku.[4]
C.         Etika Lingkungan
Etika diartikan sebagai kebiasaan hidup yang baik yang biasanya di wariskan dari satu generasi ke generasi lain. Etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik. Isi dari etika itu sendiri bisa merupakan perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia.
Kaidah, norma dan aturan tersebut sesungguhnya ingin mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku.
Secara luas, etika dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup dan bertindak sebagai orang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi, dan arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Mengacu pada pemahaman tersebut maka etika lingkungan hidup pada hakekatnya membicarakan mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam tersebut.
Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam dan juga relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam, dan antara manusia dengan makhluk hidup yang lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasuk di dalamnya kebijakan politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak terhadap alam.
Ada beberapa pandangan tentang etika lingkungan dengan kekhususannya dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan. Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Yang dimaksud Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pentingnya kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga masa yang akan datang, menunjukkan bahwa perjuangan manusia untuk menyelamatkan lingkungan hidup harus dilakukan secara berkesinambungan, dengan jaminan estafet antar generasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut tentang lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan, sebagai berikut:
a)   Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehingga perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri,
b)   Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk emnjaga terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam,
c)   Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energi,
d)  Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup yang lain.[5]
Beberapa upayah untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup, antara lain:
1.             Menjaga dan memelihara makhluk hidup
Dalam firman Allah SWT surah Al-Qasas ayat 77;

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
(Q.S. Al-Qasas (28):77)


2.             Penanaman pohon dan penghijauan

                           Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Firman Allah dalam surah Al-An’am ayat 99;

               Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S.Al-An’am (6):99)

3.             Menghidupkan lahan yang mati

               Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan tidak dimanfaatkan.[33] Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36): 33 ;

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.
(Q.S. Yasin (36) :33)

Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak ditanami, tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh didalamnya pepohonan. Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air dan pemukiman sebagai tempat tinggal.[6]       


 III.            PENUTUP
A.              Kesimpulan
Dari penjabaran diatas ada beberapa kesimpulan, antara lain:
1.      Ekologi adalah ilmu yang membahas tentang hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Inti dari permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidup.
2.      Ada 14 prinsip-prinsip ekologi yang harus diketahui.
3.      Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. Etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut tentang lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

B.               Pesan
1.      Untuk mahasiswa
Untuk seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa STAIN Samarinda diharapkan dapat memberikan peranan dalam menjaga keseimbangan llingkungan hidup di masyarakat dan menjadi pelopor untuk membentuk lingkungan yang bersih,hijau, dan sehat.

2.      Untuk masyarakat
Untuk masyarakat diharapkan dapat menjaga lingkungan, yang dapat dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal dan membantu peran mahasiswa untuk menciptakan lingkungan yang bersih, hijau, dan sehat.



Sebagai makhluk hidup yang membutuhkan lingkungan, manusia memiliki kewajiban untuk menghormati, menghargai dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam lingkungan. Mengapa? Karena manusia itu sendiri adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan. Manusia adalah bagian dari lingkungan. Perilaku positif manusia dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari sedangkan perilaku negatifnya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Etika manusia terhadap sesuatu adalah kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Etika berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik sebagai manusia, perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia untuk mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku.

Etika lingkungan hidup memfokuskan tentang  perilaku manusia terhadap alam serta hubungan antara semua kehidupan alam semesta. Etika lingkungan (etika ekologi) adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Prinsip etika lingkungan adalah: semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.

 Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan. Sedangkan Etika keutamaan adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.

              Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

              Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

                 Etika lingkungan dapat dikategorikan kedalam etika pelestarian dan etika pemeliharaan.  Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Etika lingkungan dapat dibedakan menjadi etika lingkungan dangkal (shallow environmental ethics), etika lingkungan moderat (moderate environmental ethics) dan etika lingkungan dalam (deep environmental ethics). Di sini hanya akan dibicarakan yang pertama dan yang ketiga. Karena yang kedua merupakan peralihan antara yang pertama dabn yang kedua.

Etika Lingkungan Dangkal (Shallow environmental ethics)

Etika lingkungan dangkal merupakan pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan fungsi lingkungan sebagai sarana penyelenggaraan kepentingan manusia dan bersifat antroposentris. Etika lingkungan  dangkal biasa diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik. Dalam hal ini, alam hanya dipandang sebagai alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Pokok-pokok penekanan dalam etika antroposentris adalah sebagai berikut.

  • Manusia terpisah dari alam.
  • Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
  • Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
  • Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
  • Norma utama adalah untung rugi.
  • Mengutamakan rencana jangka pendek.
  • Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya di negara miskin.
  • Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.
Jenis etika antroposentris.

  1. Etika antroposentris yang menekankan segi estetika alam (etika lingkungan harus dicari pada kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika).
  2. Etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus (mendasarkan etika lingkungan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia).
Tokoh: Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.

Etika Lingkungan Dalam (Deep Environmental Ethics)

Dalam pandangan etika ini, alam sesungguhnya  memiliki fungsi kehidupan, patut dihargai dan  diperlakukan dengan cara yang baik (etika lingkungan ekstensionisme atau preservasi). Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama, kepentingan manusia dan kepentingan alam itu sendiri.
Berikut adalah hal-hal yang ditekankan dalam etika lingkungan.

  • Manusia adalah bagian dari alam
  • Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang
  • Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang
  • Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk
  • Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai
  • Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati
  • Menghargai dan memelihara tata alam
  • Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem
  • Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil sambil memelihara.
Jenis-jenis etika lingkungan dalam.

  1. Etika Neo-Utilitarisme. Etika ini merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang dipelopori Pete Singer yang menekankan kebaikan untuk semua sehingga kebaikan etika lingkungan ditujukan untuk seluruh mahluk.
  2. Etika Zoosentrisme. Etika ini menekankan perjuangan hak-hak binatang (pembebasan binatang) dengan tokoh  Charles Brich. Menurut etika ini, binatang memiliki hak menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan dan menjadikan rasa senang/penderitaan binatang sebagai salah satu standar moral.
  3. Etika Biosentrisme. Etika ini  menekankan kehidupan sebagai standar moral dengan salah satu tokohnya adalah Kenneth Goodpaster. Hal yang dijadikan tujuan bukanlah rasa senang atau menderita tetapi kemampuan atau kepentingan untuk hidup. Dengan menjadikan kepentingan untuk hidup sebagai standar moral, maka yang dihargai secara moral bukan hanya manusia dan hewan, melainkan seluruh makhluk hidup yang ada.
  4. Etika Ekosentrisme. Etika ekosentrisme menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu mamiliki keterkaitan satu sama lain secara mutual dan memandang bumi sebagai suatu pabrik terintegrasi berisi organsime yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur  yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ekosentrisme mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.
  5.  Hak Asasi Alam.  Makhluk hidup selain manusia tidak memiliki hak pribadi, namun makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan berkembang.Makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan juga mempunyai hak, meskipun mereka tidak dapat bertindak yang berlandaskan kewajiban. Mereka ada dan tercipta untuk kelestarian alam ini. Maka mereka juga mempunyai hak untuk hidup. Hak itu harus dihormati berdasar prinsip nilai intrinsik yang menyatakan bahwa setiap entitas sebagai anggota komunitas bumi bernilai. Dengan demikian, pembabatan hutan secara tidak proporsional dan penggunaan binatang sebagai obyek eksperimen tidak dapat dibenarkan.
Beberapa prinsip yang dapat menjadi pegangan dan tuntunan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam.

  1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature). Hormat terhadap alam merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Setiap anggota komunitas ekologis, termasuk manusia, berkewajiban menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies serta menjaga keterkaitan dan kesatuan komunitas ekologis.
  2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature). Manusia mempunyai tanggung jawab terhadap alam semesta (isi, kesatuan, keberadaan dan kelestariannya).
  3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity). Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian yang menyatu dari alam semesta dimana manusia sebagai makhluk hidup memiliki perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.
  4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature). Manusia digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi yang muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.
  5.  Prinsip tidak merugikan alam secara tidak perlu,
  6.   Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam 
  7. Prinsip keadilan 
  8. Prinsip demokrasi 
  9.  Prinsip integritas moral