Senin, 08 November 2021

REFLEKSI AKSI NYATA MODUL 3.3

 

REFLEKSI AKSI NYATA MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Judul program:

LINUPIN (Literasi dan Numerasi Terpimpimpin)

 

Oleh :

Dimas Yusuf,S.Pd -CGP Angkatan 2-SD Negeri 1 Argotirto Kab.Malang

 

FACT

A.    Latar Belakang

 

Salah satu kompetensi yang dibutuhkan siswa sebagai calon pemimpin dan anggota masyarakat di era revolusi industry 4.0 dan selanjutnya adalah kompetensi literasi dan numerasi. Menurut buku pedoman dan kisi-kisi yang saya dapatkan dari buku pendamping dan juga informasi dari media social, kompetensi yang diujikan tidak hanya literasi membaca namun juga numerasi yang merupakan pengaplikasian disiplin ilmu matematika dalam menyelsaikan persoalan atau menyelesaikan masalah. Untuk itu sangat perlu dan mendesak menurut saya untuk merancang program yang dapat mengakomodir kebutuhan pendukung Asesmen kompetensi Minimum yang tentunya berdampak pada murid dan juga stake holder sekolah. Program yang saya rancang adalah Program Literasi dan Numerasi Terpimpin.

Program literasi dan numerasi terpimpin adalah perpaduan antara program literasi dan tutor sebaya yang ditingkatkan perannya menjadi pemimpin ditambah Numerasi. Diharapkan dengan program ini murid akan meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi, membentuk kepemimpinan anak serta menumbuhkan kepedulian dan sikap gotong royong dari murid, guru, kepala sekolah, dan orang tua murid.

 

B.     Alasan Melakukan Aksi

Dengan menerapkan Program Literasi dan Numerasi Terpimpin siswa akan secara sadar memahami pentingnya kompetensi literasi dan numerasi serta menumbuhkan karakter pemimpin bagi setiap siswa.

 

C.     Hasil Aksi Nyata

Melalui kegiatan ini kesadaran akan kompetensi pemimpin terlihat ketika siswa mulai memahami dan mematuhi jadwal literasi dan numerasi terpimpin setiap pagi tanpa diingatkan oleh guru. Tentu saja kompetensi literasi telah meningkat dibuktikan dengan peningkatan hasil tes AKM. 



Gambar 1. Penerapan program Literasi & Numerasi Terpimpin (pemimpin memakai slempang)



Gambar 2. Tes kompetensi Literasi dan Numerasi



Gambar 3. Screenshot hasil uji coba AKM

 

FEELINGS

Pada langkah awal merancang program ini saya merasa tertantangdan bersemangat. Saya merasa program ini sangat dibutuhkan dan harus segera dilaksanakan di sekolah saya. Setelah program ini berjalan saya merasa kesulitan pada penerapan numerasinya. Bagaimana saya dapat menyusun keterkaitan antara persoalan yang akan diselesaikan secara matematis dan bagaimana rancangan lembar numerasi yang saya buat dapat dipahami oleh siswa. Saya merasa bingung tentang hal ini dan sampai tulisan ini saya buat saya masih belum menemukan solusinya. Meskipun demikian saya tidak patah semangat. Sambil mencari solusi terkait numerasi saya tetap menjalankan program Literasi dan numerasi terpimpin secara simultan.

FINDINGS

Pembelajaran diperoleh adalah semakin terbukanya pemikiran dalam menganalisa program dan juga saya menjadi lebih sering melakukan perubahan perubahan spontan demi lancarnya program Linupin ini.Contoh langkah program ini adalah ; Guru menyiapkan bacaan berjudul "Sahabat Lingkungan". murid piket akan membagikan bacaan tersebut kepada semua siswa kemudian akan membaca dengan keras di depan kelas, setelah itu piket akan membaca pertanyaan untuk mengukur keterampilan mendengarkan teman satu kelas (bisa sample beberapa anak saja) kemudian piket akan menginstruksikan kepada teman sekelasnya untuk membaca dalam hati bacaan tadi. selanjutnya piket akan menginstruksikan untuk menjawab pertanyaan yang mengukur kemampuan memahami melalui pengisian LK (LK sudah include di lembar bacaan). setelah waktu hampir habis piket akan mengingatkan temannya untuk segera mempresentasikan hasil pengerjaan LK tersebut di depan kelas secara bergantian dan di akhir guru memberikan elaborasi pemahaman terkait pemahaman bacaan.Selanjutnya untuk program numerasi dilakukan hari berikutnya dengan mengganti konten bacaan serta langkah kegiatan disesuaikan dengan numerasi.

 FUTURE

Setelah menjalankan program ini saya berencana untuk mengatur ulang langkah numerasinya. Hal ini saya lakukan karena murid masih kesulitan memecahkan masalah terkait numerasi. Saya akan melakukan diskusi dengan rekan sejawat dan sesama guru kelas 5 baik dalam forum KKG maupun secara personal dan tidak lupa tentunya juga akan melibatkan orang tua wali murid serta sumberdaya atau aset yang dimiliki sekolah.

 LAMPIRAN DOKUMEN KEGIATAN AKSI NYATA

1.      Sosialisasi program kepada orang tua siswa kelas 5




 2.      Lampiran dokumen aksi nyata

a.       Foto Kegiatan Aksi Nyata

 






b.      Link video aksi nyata

Video kegiatan aksi nyata ini dapat anda lihat di link youtube berikut ini : https://youtu.be/s5EjdPLLSoA

 

 

 

 

 

 

 

 

Rabu, 22 September 2021

RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI



Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 

Ketiga aspek tersebut adalah:

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid

Ada 3 jenis diferensiasi pada pembelajaran. ketiganya dapat dilakukan semua atau mungkin hanya muncul satu atau dua sesuai kebutuhan yang sudah dianalisis dengan ketiga aspek yang sudah dijelaskan sebelumnya. ketiga diferensiasi ini adalah 

1. Diferensiasi konten (materi)

2. Diferensiasi Proses

3. Diferensiasi produk (tugas)

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).

  1. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
    Saat sebagian murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide itu bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh murid, mereka sering membutuhkan informasi pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami ide tersebut. Mereka akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide secara langsung. Jika murid berada dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi yang mereka gunakan dan tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat mendasar dan disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Di lain waktu, ketika murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka pahami atau berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif. 

  2. Konkret - Abstrak
    Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.

  3. Sederhana - Kompleks 
    Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi.

  4. Terstruktur - Open Ended
    Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain, murid siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

  5. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
    Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

  6. Lambat - Cepat
    Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah topik.

Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).

Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).

2. MINAT MURID

Kita tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb.  Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya: 

  • Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
  • Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
  • Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
  • Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.

 

Jumat, 17 September 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

 koneksi antar materi modul 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN


KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

 


DIMAS YUSUF-CGP ANGKATAN 2-KABUPATEN MALANG

SD NEGERI 1 ARGOTIRTO

 

Dalam modul 3.1 ini CGP mempelajari Teknik dan langkah dalam mengambil sebuat keputusan baik itu berupa bujukan moral maupun dilemma etika. Langkanh pengambilan keputusan ini juga sangat berhubungan dengan modul sebelumnya. Bagaimana CGP menerapkan dan menjalankan nilai dan perannya untuk menggerakkan lingkungan agar bisa saling memahami untuk Berkolaborasi dalam menuntun murid menuju pelajar Pancasila dengan langkah nyata melalui pembelajaran yang berpihak pada anak dan dapat mengambil keputusan dengan dasar dan langkah benar dan tepat untuk semua.               

 Pandangan dari Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan yang diungkapkan dengan semboyan – semboyan  memiliki pengaruh terhadap bagaiamana pengambilan sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang diambil. Semboyan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal  dengan semboyan “ing ngarso sung toladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”  yang artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, dan di belakang memberi dukungan.Berdasarkan hal tersebut, maka guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.

                Nilai filosofis KHD yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Pada prosesnya akan “menuntun” anak untuk diberi kebebasan  namun guru juga sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan  agar anak menemukan kemerdekaan yang akan berdampak sebagai efek dari keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu pernah mengalam dilema etika atau bujukan moral pada sebuah keputusan yang diambil saat menangani kasus murid  atau rekan sejawat  komunitas di sekolah, dengan mempertimbangan nilai benar vs benar (situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan diamana dua pilihan itu secara moral benar tetapi bertentangan), benar vs salah (seseorang membuat keputusan antara benar atau salah)

                Proses belajar terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini bisa dibantu oelh sesi coaching yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. Modul 2 Pendidikan Guru Penggerak, pada sub 2.3 CGP diberikan materi tentang coaching. Coaching ini berbeda dengan mentoring dan konsul. Pada coaching memang coachee yang mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi ini. coach hanya sebagai orang yang membimbing coachee untuk mencari jalan keluarnya. Pada kegiatan coaching yang CGP lakukan kepada peserta didik di sekolah, coachee sudah bisa menentukan jalan keluar sendiri terhadap masalah mereka. Sudah 100 persen siswa di kelas yang dicoaching dan hasilnya luar biasa. Guru sebagai Coach banyak merombak cara belajar agar sesuai dengan keinginan siswa. CGP disini belajar bagaimana menerima kekurangan dan menjadi guru yang lebih baik ke depan. Setelah kegiatan coaching hubungan antara guru dan siswa menjadi lebih dekat. Dampaknya materi yang diberikan guru lebih cepat sampai ke pada siswa. Guru dan siswa bersama sama membangun disiplin positif atas kesadaran dari dalam diri dengan kesepakatan yang dibuat bersama.

                Pada alur eksplorasi konsep modul 3.1  CGP mempelajari studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika. Seorang pendidik harus bisa melihat bagaimana situasi tersebut apakah merupakan dilema etika atau merupakan bujukan moral. Nilai-nilai yang yang akan diambil pun merupakan nilai yang merupakan proses kegiatan di mana titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun siswa tersebut ke arah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik.

                Dilema etika merupakan situasi yang membutuhkan proses pengambilan keputusan yang benar benar harus mempertimbangkan banyak hal.

           Adapun hal yang perlu diperhatikan  sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika adalah  4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan

1.       Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.       Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.       Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.       Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

                Selain itu ada tiga prinsip yang yang membantu menghadapi pilihan yang penuh tantangan (Kidder ,2009, hal 144) ketiga prinsip itu adalah

1.       Berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking)

2.       Berpikir berbasis peraturan (rule base thinking)

3.       Berpikir berbasis rasa peduli (care base thinking)

                Cara mengujinya adalah  dengan menerapkan 9 langkah yang telah disusun secara berurutan yaitu :

1.       Mengenali ada nilai-nilaia yang saling bertentangan dalam situasi ini

2.       Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.       Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4.       Pengujian benar atau salah (Uji legal, Uji Regulasi/Standar Profesiaonal, Uji intuisi, Uji halaman Depan Koran, Uji Panutan/Idola )

5.       Pengujian paradigm benar atau salah

6.       Prinsip pengambilan keputusan

7.       Investigasi Opsi Trilema

8.       Buat keputusan

9.       Tinjau lagi keputusan dan refleksikan

Sebagai seorang pendidik saya merasa materi dari program Pendidikan guru penggerak sangat dibutuhkan dalam dunia Pendidikan dan dalam  modul 3.1 contohnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa membuat sebuah keputusan dengan baik, terutama saat menemukan permasalahan belajar pada siswa, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekakan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar dan menuntun mereka menuju profil pelajar Pancasila.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya  sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang  membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan keptusan dilema etika dengan memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian.


Kamis, 26 Agustus 2021

Koneksi antar materi modul 2.3 Coaching

                                                 Koneksi antar materi modul 2.3 Coaching


Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita telah mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Proses menuntun tersebut dapat dilakukan salah satu caranya adalah dengan melakukan proses coaching. Coaching dalam dunia pendidikan sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. 

Dalam coaching ini selalu ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari solusi secara mandiri.

Guru sebagai coach mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem among yang diutarakan Ki Hajar Dewantara. Pendidik sebagai penuntun bagi anak didiknya haruslah mampu melakukan pendekatan melalui proses komunikasi. Komunukasi yang dapat membangun kanyaman dan kesetaraan sehingga tercipta rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid serta antara Coach dan coachee. Proses komunikasi yang dijalankan melalui serangkaian proses untuk mengidentifikasi segala apa yang dimilki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Proses tersebut tercipta dalam coaching.

Selain itu ada juga pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep Tut Wuri Handayani di mana murid adalah mitra belajar. Guru bukan lagi sumber pengetahuan satu-satunya akan tetapi ada murid sebagai mitra dalam mencari kesepahaman dalam belajar. Guru bersama murid belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya untuk melejitkan kemampuan yang dimiliki murid. bukan lagi waktunya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimana murid menjadi pemeran utamanya. Guru membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia sesuai kodratnya.

Salah satu bentuk untuk menstimulasi potensi murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang selalu memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat mendesain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan potensi murid. 

Selain itu, secara social emosional  potensi murid dapat berkembang secara maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan tergali dengan proses coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan kedewasaan dalam menghadapi setiap kemelut dalam hidupnya dan mereka akan menemukan jati diri dengan proses coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.

Proses menuntun yang dilakukan dalam coaching adalah sebuah usaha untuk mengeksplorasi murid untuk mampu melejitkan potensinya. Konsep coaching sangat dibutuhkan dalam memberikan layanan pada murid karena sangat berbeda dengan konsep konseling dan mentoring. 

Coaching tidak hanya berawal dari masalah tetapi dari kondisi yang memungkinkan peserta didik mampu memaksimalkan potensi dan kekuatannya untuk menemukan dan menyelesaikannya sendiri.  Mentoring merupakan proses dilakukan ahli dengan berbagi pengalaman kepada mantee untuk menyelesaikan masalahnya. Sedangkan konseling konselor memberikan bantuan solusi untuk menyelesaikan masalah konseling.

Coaching yang dilakukan coach kepada coachee sedikitnya membutuhkan empat keterampilan diantaranya:

·         Keterampilan membangun dasar proses coaching

·         Keterampilan membangun hubungan baik

·         Keterampilan berkomunikasi

·         Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Dalam proses coaching ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach. Model yang dikembangkan dari Salah satu model GROW. Model GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini; Reality (Hal-hal yang nyata). Proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee; Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi; dan Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. 

Model GROW menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan  Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif  dan Umpan balik positif.

Refleksi terhadap proses coaching di sekolah

·         Proses coaching sebagai bentuk usaha sadar yang dilakukan coach untuk menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan coachee untuk hidup sesuai kodratnya dan memperbaiki lakunnya.

  • Proses coaching menjadikan coachee untuk bisa hidup sebagai individu dan bagian msyarakat yang mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri.
  • Proses coaching, menuntun coachee untuk berkesadaran penuh mencapai kemerdekaan belajar digali dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk memaksimalkan potensinya.

Sabtu, 21 Agustus 2021

AKSI NYATA CGP ANGKATAN 2 2021 BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 



Aksi Nyata 1.4

 

Budaya Positif di Sekolah merawat bangku sekolah

Fasilitator                                 : SITI NURUL ROHMAH, S.Pd. M.Pd

Pendamping Praktik               : Drs. TRISDYANTO, S.Pd

CGP                                        : DIMAS YUSUF, S.Pd

 

1. Latar belakang

Pendidikan dan lingkungan merupakan dua hal yang saling terkait, tujuan Pendidikan yang membuat anak selamat dan Bahagia tentunya dalam lingkungan. Lingkungan yang juga merupakan sumber, tempat, dan media Pendidikan selalu terlibat dalam proses Pendidikan. Lingkungan yang terdekat dengan siswa di dalam kelas adalah bangku mereka. Untuk itu mengembangkan Budaya positif merawat bangku sekolah sangatlah penting di semua zaman. Ketidakpedulian terhadap bangku sekolah akan melahirkan bibit bibit tingkah laku vandalisme seperti mencoret bangku meja, membuat kotor bangku, dan jenis gambaran yang tidak sesuai dengan ranah Pendidikan. Penanaman dan pengembangan budaya positif merawat bangku sekolah mengharuskan adanya kolaborasi dari semua pihak di lingkungan sekolah dengan penerapan disiplin diri diawali dengan kesepakatan agar budaya Ramah Lingkungan diterapkan dengan kesadaran.

 

2. Deskripsi kegiatan

Dalam menciptakan budaya poositif di sekolah tidak dapat dilakukan sendiri. Dibutuhkan kerjasama antar semua pemangku kepentingan di sekolah dalam kegiatan positif yang diterapkan. Pembiasaan positif yang akan membudaya dan berakar. Sehingga budaya tersebut dapat menjadi suatu kekuatan unuk menerapkan disiplin positif sekolah. Mengapa harus disiplin positif, karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan untuk melahirkan mental-mental disiplin yang berdasarkan kesadaran individunya. Budaya positif lahir karena semua pemangku kepentingan sadar akan pentingnya taat terhadap sebuah aturan. Taat bukan karena ada konsekuensi dibalik semua itu, tapi pembiasaan bermula dari dalam diri. Mulai dari diri yang merupakan indikator dari motivasi intrinsik dimana karakter disiplin yang kuat akan terbentuk.

Penerapan budaya positif merawat bangku sekolah merupakan kegiatan praktis yang dapat dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Kegiatan aktif dapat dilakukan dengan membetulkan bangku yang renggang atau oblak dengan cara mengelem ataupun melaporkan kejadian tersebut kepada Guru yang nantinya akan segera ditangani agar tidak semakin parah sedangkan kegiatan secara pasif dapat dilakukan dengan tidak mencorat coretnya. Dimana kegiatan itu akan menjadi dasar pembiasaan positif yang di masa depan akan berguna bagi anak untuk memperoleh karakter menjaga fasilitas umum. Ketika pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing global dengan kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong royong sesama.

kegiatan mewujudkan budaya positif merawat bangku sekolah harus disepakati dan disadari oleh seluruh warga sekolah. Siswa dan guru bersinergi saling menguatkan dan menumbuhkan karakter positif melalui kegiatan merawat bangku sekolah. Guru tidak dapat melakukan dan mengevaluasi kegiatan ini sendiri karena murid memiliki waktu yang lebih banyak dengan bangkunya pada waktu guru sedang tidak mengawasi maka dibutuhkanlah pihak lain seperti siswa ataupun guru dari kelas lain.

 

3. Aksi nyata kegiatan

Program aksi nyata menciptakan budaya positif merawat bangku sekolah diawali dengan melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan kepala sekolah kemudian membuat kesepakatan dengan murid  di kelas dan dalam perjalanannya akan ditularkan ke kelas lain yang tentunya juga melalui peran guru kelas masing masing.

Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dan peserta didik dalam membangun budaya positif yaitu dengan merawat bangku sekolah dengan kesadaran dan disiplin dari dalam diri.

Aksi nyata kali ini dalam rangka menumbuhkembangkan budaya positif yang sudah ada disekolah. Mengajak semua pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyeluruh ke semua warga sekolah. Terutama mengimbaskan di kalangan murid atau peserta didik dengan motivasi dan dukungan guru pengampu mata pelajaran. Serta bimbingan walli kelas dalam apresiasi budaya positif dalam dan antar anggota kelas.

Untuk menerapkan pembiasaan budaya positif diperlukan komunikasi dua arah antar pemangku kepentingan, karena konsekuensi bersama terhadap sebuah aturan dalam rangka penerapan disiplin positif tidak akan berhasil tanpa kesadaran penuh dari masing-masing individu. Untuk itu diperlukan kesepakatan bersama di dalam kelas.

Langkah pertama dalam menyusun kesepakatan kelas yaitu memberikan pertanyaan pemantik, dimana dalam pertanyaan itu akan muncul harapan-harapan yang diimpikan peserta didik dalam proses pembelajaran terkait dengan bangku belajar mereka. Kemudian tanggapan siswa ditulis dan didiskusikan bersama untuk digolongkan dan disesuaikan kalimatnya.Hasil tanggapan itu yang akan direspon kembali oleh peserta didik yang akan menjadi draft kesepakatan kelas. Peserta didik merespon, guru sebagai kontrol kelas mengarahkan bagaimana agar keinginan-keinginan yang mereka tuangkan dalam format tertulis yang dapat diwujudkan. Dengan bekerja sama dalam menyusun kesepakatan kelas, siswa akan merasa terlibat dalam perencanaanya sehingga muncul benih tanggungjawab untuk menjalankannya.

Diawali dengan sebuah percakapan sapaan seperti biasa, “anak-anak apa kabar kalian sekarang…?”, “apakah belajar kalian sudah nyaman?, “kira-kira bagaimana agar kelas dan kegiatan belajar nyaman, pembelajaran seperti apa yang kalian inginkan?. “agar terwujud kelas yang kalian impikan, kira-kira apa yang harus dilakukan?”. “Setelah kalian susun semua keinginan dan harapan, dalam bentuk kalimat positif, kalian simpulkan cara menempuh impian dan harapan tersebut”. “baiklah, draft kesepakatan sudah tersusun, mari kita sepakati bersama, dengan menandatangani draft ini dalam sebuah poster”,

Kegiatan selanjutnya adalah mendiskusikan bersama kegiatan yang akan dilakukan dalam merawat bangku sekolah. Berisi kalimat positif mengenai hal apa saja yang bias dilakukan untuk merawat bangku sekolah seperti menyediakan lap bersih dan mengelap meja sebelum dan sesudah belajar. Menjaga meja terhindar dari coretan ataupun tumpahan benda cair dan menggeser meja dengan hati – hati pada waktu diadakan pergantian pola bangku.

 

4.     Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan

Proses kegiatan aksi nyata ini belum seratus persen terlaksana sesuai dengan rancangan karena terbentur dengan aturan PTMT disusul PPKM dimana hal tersebut membuat ruang gerak dan hubungan langsung murid, guru, dan banku sekolah menjadi terhambat.

Jika budaya positif terlaksana dengan baik, hal baik yang akan muncul adalah ditandai dengan kebiasaan komunikasi dua arah antar semua pemangku kepentingan. Rencana yang awalnya sekolah akan mulai dibuka, ternyata PPKM darurat diperpanjang karena kasus pandemic covid -19 masih tinggi. Sehingga rencana tindakan aksi nyata tidak sesuai seratus persen dengan rancangan dan fakta yg dihadapi. Jadi proses sosialisasi dan pemberian feedback serta pembiasaan positif dilakukan dengan keterbatasan dalam jaringan. Aksi nyata ini sedikit banyaknya mendapatkan masukan dari guru-guru yang memberikan aspirasi nya melalui angket yang disebar melalui online.

5.     Rencana Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

Rancangan aksi nyata ini akan diteruskan sebagai bentuk pengembangan budaya positif dan membentuk komunitas praktisi di sekolah, kolaborasi membuat kesepakatan kelas yang berpusat pada murid dengan beberapa konten atau isi berisi aspirasi peserta didik. Tahapan refleksi akhir semester akan dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran di semester berikutnya. Dengan mengagendakan kegiatan sharing dan kolaborasi Bersama antar kelas, walaupun dalam jaringan atau online.

Perubahan yang akan dilakukan, mulai dari diri sendiri membudayakan merawat bangku sendiri, dan menerapkan kedisiplinan dengan cara berkomunikasi dengan siswa secara dua arah. Menerima dan memberikan aspirasi murid merdeka dalam menentukan daftar kesepakatan belajar bersama. Dengan kontrol guru, semua menyepakati poin-poin kesepakatan dan di tandatangani oleh masing-masing. Melakukan refleksi bersama atas kesepakatan yang diberlakukan.

6.     Dokumentasi

proses dan hasil pelaksanaan berupa foto-foto

 

1. konsultasi dengan kepala sekolah dan teman sejawat

 

2. penyusunan kesepakatan kelas

 

3.  kegiatan merawat bangku sekolah

(pasif) karena bangku masih bagus tidak oblak sehingga focus menjaga dari coretan atau kotoran.

aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi

 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (DARING)

 

Satuan Pendidikan    : SD NEGERI 1 ARGOTIRTO Kelas / Semester       : 5 /1

Tema                          : Organ Gerak Hewan Dan Manusia (Tema 1) Sub Tema                   : Organ Gerak Hewan (Sub Tema 1) Pembelajaran ke        : 2

Alokasi waktu            : 1 Hari

Muatan Terpadu       : Bahasa Indonesia, IPA, SBDP

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.    Peserta didik mampu menyusun dan merangkai sebuah cerita sesuai urutannya.

2.    Peserta didik mampu mengolah informasi dan menjadi sebuah cerita secara tepat.

3.    Peserta didik mampu menyebutkan organ gerak hewan beserta fungsinya secara tepat.

4.    Peserta didik mampu mengidentifikasi dan mementukan ide pokok setiap paragraf pada bacaan.

 

B.     KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

Kegiatan

 

Deskripsi Kegiatan

Alokas

 

Waktu

Pendahulua n

1.    Guru melakukan pembukaan dengan salam dan dilanjutkan dengan Membaca Doa dipandu melalui Grup WA

2.     Guru mengecek kehadiran dan kesiapan peserta didik.

3.     Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.

4.    Guru mengaitkan Materi Sebelumnya dengan Materi yang akan dipelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

5.     Guru memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

15

menit

(Sintak Model Discovery Learning)

Inti

1.      Peserta didik untuk mengamati gambar cerita, membaca pengertian dari gambar cerita serta langkah- langkah dan bahan-bahan dalam membuat gambar cerita (gambar ilustrasi) pada buku peserta didik. ( ada diferensiasi produk dimana anak diberi keleluasaaan untuk menentukan jenis gambar cerita: komik, cover, dan ilustrasi cerita dan dalam penyampaian cerita tetap mengacu pada aspek kebahasaan )

2.      Peserta didik diminta menceritakan kembali tentang apa yang sudah mereka amati dan pelajari, dalam bentuk pesan suara/video/teks yang dikirimkan pada WAG. Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berimajinasi dalam mengartikan gambar. (terjadi diferensiasi proses dimana guru secara aktif mendampingi secara live dan individu bagi siswa yang membutuhkan proses berbeda maupun lebih)

3.      Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik.

4.      Guru mengaitkan ke materi muatan ipa rangka..

5.      Peserta didik mengamati rangka organ gerak hewan

140

menit


 

6.      Guru memberikan umpan balik Dilanjutkan peserta didik diminta untuk membaca teks tentang Gerak Ikan dalam Air.Melalui pesan suara/video/teks peserta didik menceritakan secara singkat nama organ gerak pada hewan serta fungsinya, dan menentukan ide pokok dari setiap paragraf pada teks bacaan melalui grup WA (terdapat diferensiasi konten materi yang lebih ringan dengan penjelasan grafis di chanel youtube kelas yakni chenel  Age Belajar)

 

7.      Peserta didik mengerjakan LKPD yang telah dikirimkan guru

melalui WAG, dikerjakan sesuai instruksi yang tertulis pada LKPD.

 

Penutup

1.      Melalui pesan suara/video/teks peserta didik menceritakan hasil belajar hari ini.

2.      Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.

3.      Guru menyampaikan informasi rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

4.      Mengakhiri kegiatan dengan berdoa

5.      Sebagai penutup guru memberi penguatan tentang protokol kesehatan covid-19.

15

menit

 

C.      MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

1.      Media:

-            Smartphone/HP

-            Laptop

-            Video youtube age belajar

2.      Sumber Belajar:

-            Buku Pedoman Guru Tema 1 Kelas 5 dan Buku Peserta didik Tema 1 Kelas 5 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

 

D.     PENILAIAN

1.      Penilaian sikap: disiplin, tanggungjawab, peduli percaya diri

2.      Pengetahuan: tes tulis

3.      Ketrampilan: uji unjuk kerja

 

E.      LAMPIRAN

1.      Materi/Bahan Pembelajaran

2.      Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

3.      Format Penilaian

 

Mengetahui, Kepala Sekolah

 

 

 

-----------------------------------

Malang,............................... 2021

CGP / Guru Kelas 5

 

 

 

DIMAS YUSUF, S.Pd


 

LAMPIRAN 1

 

MATERI/BAHAN PEMBELAJARAN

 


 


 

 

 

 

 



 




LAMPIRAN 2


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


 

Satuan Pendidikan    : SD NEGERI 1 ARGOTIRTO Kelas / Semester       : 5 /1

Tema                          : Organ Gerak Hewan Dan Manusia (Tema 1) Sub Tema                   : Organ Gerak Hewan (Sub Tema 1) Pembelajaran ke        : 2

 

 

 

 

 

Nama                         : _________________________________________________

 

Nomor Absen           : _________________________________________________

 

 

 

 

 

 

 

Petunjuk belajar:

1.        Bacalah terlebih dahulu dengan teliti setiap petunjuk pengerjaan sebelum mengerjakan.

2.        Berdiskusilah dengan orangtua untuk mengerjakan LKPD.

3.        Bertanyalah kepada guru apabila ada kesulitan memahami petunjuk pengerjaan.

4.        Tulislah kembali setiap tugas pada buku tugas di rumah masing-masing.

5.        Foto dan kirimkan hasil pekerjaanmu kepada guru melalui WA guru. Foto harus terlihat jelas agar tulisan dapat terbaca oleh guru.


KEGIATAN 1

 

Buatlah sebuah karangan singkat dengan ide pokok berikut ini.

  Paragraf 1: Aku mempunyai hewan kesayangan.

  Paragraf 2: Aku bermain dengan hewan kesayanganku setiap hari.

  Paragraf 3: Aku rajin memberinya makan.

  Pargaraf 4: Aku rajin membersihkan tubuh dan kandangnya.

 



LAMPIRAN 3


TEKNIK PENILAIAN


 

1.      Penilaian Sikap: Percaya diri, peduli, tanggung jawab, disiplin

a)     Disiplin

 

 

 

 

No

 

 

 

Nama

Aspek Sikap yang Dinilai

 

Catatan guru

Datang

Tepat Waktu

Mengerja-

kan tugas tepat waktu

Tertib

dalam pem- belajaran

Bersera-

gam lengkap

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

Banyak-

nya SB dan PB

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dst

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b)     Tanggung Jawab

 

 

 

 

No

 

 

 

 

Nama

Aspek Sikap yang Dinilai

 

 

Catatan guru

Menye- lesaikan tugas belajar

Memberi peme- cahan masalah

 

Mem- buat laporan

Mem- berikan santunan sosial

Menye- lesaikan tugas belajar

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

Banyak-

nya SB dan PB

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dst

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c)      Peduli

 

 

 

 

No

 

 

 

Nama

Aspek Sikap yang Dinilai

 

Catatan guru

Per- hatian kepada

teman

Mem- bantu teman

Ingin tahu kesulitan teman

Men- jenguk teman

Menjaga situasi belajar

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

Banyak- nya SB dan

PB

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dst

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


d)     Percaya Diri

 

 

 

No

 

 

 

Nama

Aspek Sikap yang Dinilai

 

Catatan guru

 

Berani tampil

 

Berani mencoba

Berani berpen- dapat

Berani me- mimpin

Menyam- paikan kritik

Memper- tahankan pendirian

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

 

SB

 

PB

Banyak-

nya SB dan PB

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dst

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Penilaian Pengetahuan: tes tertulis

Peserta didik mengerjakan soal-soal latihan tertulis, remedial, dan pengayaan pada buku peserta didik.

Format Penilaian

 

Nama Peserta didik

Hasil Penilaian Pengetahuan

Aspek 1

Aspek 2

Tercapai (V)

Belum tercapai (v)

Tercapai (V)

Belum tercapai (v)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan:

1.      Aspek 1: menyebutkan organ gerak pada hewan dan manusia

2.      Aspek 2: menentukan pokok pikiran dalam teks lisan dan tulis

 

3.      Penilaian Keterampilan: uji unjuk kerja Penilaian Unjuk Kerja

a)     Rubrik Menulis Berdasarkan Pengamatan Gambar

Aspek/ Kriteria

Baikl sekali

Baik

Cukup

Perlu bimbingan

4

3

2

1

Isi              dan

Keseluruhan

Keseluruhan

Sebagian besar

Hanya

Pengetahuan:

jawaban        yang

jawaban        yang

jawaban yang

sebagian kecil

Hasil         yang

ditulis        peserta

ditulis        peserta

ditulis peserta

jawaban yang

ditulis    sesuai

didik            sesuai

didik            sesuai

didik       sesuai

ditulis peserta

dengan

dengan     gambar

dengan     gambar

dengan

didik     sesuai

kejadian    atau

yang diamati dan

yang diamati dan

gambar    yang

dengan

peristiwa yang

benar

sebagian      besar

diamati       dan

gambar yang

tampak    pada

mengelompokkan

mengelompokkan

sebagian besar

diamati     dan

gambar    yang

jawabannya

jawabannya

benar     dalam

sebagian kecil

diamati

 

 

mengelompok

benar    dalam

 

 

 

kan

mengelompo

 

 

 

jawabannya

kkan

 

 

 

 

jawabannya


Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan Benar: bahasa indonesia yang          baik danbenar digunakan dalam

penulisan ringkasan

Bahasa     Indonesia yang    baik        dan benar      digunakan dengan efisien dan menarik         dalam keseluruhan penulisan

Bahasa Indonesia yang   baik      dan benar digunakan dengan       efisien dalam keseluruhan penulisan

Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien    dalam sebagian besar penulisan

Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien dalam sebagian kecil penulisan

Keterampilan penulisan: Tulisan     hasil pengamatan dibuat dengan benar, sistematis dan jelas,         yang menunjukkan keterampilan penulisan yang baik

Keseluruhan    hasil penulisan         hasil pengamatan    yang sistematis          dan benar menunjukkan keterampilan penulisan         yang sangat baik, di atas rata- rata kelas

Keseluruhan hasil penulisan      hasil pengamatan yang sistematis       dan benar menunjukkan keterampilan penulisan      yang sangat baik

Sebagian besar hasil penulisan hasil pengamatan yang sistematis dan benar menunjukkan keterampilan penulisan yang terus berkembang

Hanya sebagian kecil hasil penulisan hasil pengamatan yang sistematis dan benar menunjukkan keterampilan penulisan yang      masih

perlu      terus

ditingkatkan

 

 

b)     Mencari ide pokok bacaan

Aspek/ Kriteria

Baikl sekali

Baik

Cukup

Perlu bimbingan

4

3

2

1

Ketepatan

Menemukan keseluruhan     ide pokok         dengan

tepat

Hampir semua ide              pokok ditemukan

dengan tepat

Ada beberapa ide         pokok

yang        tidak

tepat

Sebagian           ide

pokok             yang ditemukan     tidak

tepat

Menunjukkan bukti pendukung

Mampumenunjuk kan                 bukti

pendukung

Mampu menunjukkan hampir      semua bukti pendukung

Ada beberapa bukti pendukung yang

ditunjukkan tidakn tepat

Sebagian besar bukti pendukung yang ditunjukkan tidak tepat

Waktu

Keseluruhan ide pokok ditemukan dengan sangat cepat

Keseluruhan ide pokok ditemukan dengan cepat

Keseluruhan ide pokok di temukan dengan cukup

cepat

Keseluruhan ide pokok ditemukan dengan sangat lambat

Keterampilan penulisan: Tulisan      hasil pengamatan dibuat    dengan benar, sistematis    dan jelas,           yang menunjukkan keterampilan penulisan yang baik

Keseluruhan hasil penulisan       hasil pengamatan yang sistematis         dan benar menunjukkan keterampilan penulisan       yang sangat baik, di atas rata- rata kelas

Keseluruhan hasil     penulisan hasil pengamatan yang    sistematis dan             benar menunjukkan keterampilan penulisan     yang sangat baik

Sebagian besar       hasil penulisan hasil pengamatan yang sistematis dan benar menunjukkan keterampilan penulisan

yang        terus berkembang

Hanya      sebagian kecil                hasil

penulisan       hasil pengamatan yang sistematis         dan benar menunjukkan keterampilan penulisan       yang masih perlu terus ditingkatkan


c)      Menuliskan Ide Pokok dari Bacaan

 

 

Aspek/ Kriteria

Baikl sekali

Baik

Cukup

Perlu bimbingan

4

3

2

1

Rumusan             ide pokok:

Ide     pokok     ditulis dalam bentuk kalimat

(subjek + predikat)

Keseluruhan ide            pokok

ditulis      dalam bentuk kalimat

Hampir semua ide           pokok

ditulis      dalam bentuk kalimat

Sebagian besar ide           pokok

ditulis      dalam bentuk kalimat

Hanya sebagian kecil ide pokok ditulis dalam bentuk kalimat

Penggunaan bahasa indonesia: bahasa indonesia yang baik dan benar digunakan dalam penulisan

Bahasa indonesia yang baik dan benar digunakan dengan    efisien dan       menarik dalam keseluruhan

penulisan

Bahasa indonesia yang baik dan benar digunakan dengan efisien dalam keseluruhan penulisan

Bahasa indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien     dalam sebagian besar penulisan

Bahasa indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien     dalam sebagian    kecil penulisan

Ketepatan : ide pokok yang ditulis benar dan sesuai dengan bacaan

Keseluruhan ide pokok yang ditulis benardan sesuai    dengan

bacaan

Hampir Keseluruhan ide pokok yang ditulis       benar

dan          sesuai

dengan bacaan

Sebagian besar ide pokok yang ditulis benardan sesuai    dengan

bacaan

Sebagian   kecil ide pokok yang ditulis benardan sesuai    dengan

bacaan

 

d)     Rubrik Membuat Gambar

 

 

Aspek/ Kriteria

Baikl sekali

Baik

Cukup

Perlu bimbingan

4

3

2

1

Proporsi

Seluruh bagian gambar   dibuat dengan proporsi    yang

tepat

Hampir seluruh bagian gambar dibuat dengan proporsi yang

tepat

Sebagian besar gambar dibuat dengan proporsi    yang

tepat

Sebagian   kecil gambar dibuat dengan proporsi    yang

tepat b

Komposisi

Seluruh objek gambar disusun denagn tata letak yang tepat

Hampir seluruh bagian gambar disusun dengan

tata letak yang tepat

Sebagian besar objek gambar disusun dengan

tata letak yang tepat

Sebagian kecil objek gambar disusun dengan

tata letak yang tepat

Pewarnaan

Seluruh     objek gambar diwarnai dengan    warna yang        sesuai seimbang,    dan

rapi

Hampir seluruh objek     gambar diwarnai dengan   warna yang       sesuai, seimbang    dan

rapi

Sebagian besar obejk      ganbar diwarnai dengan   warna yang        sesuai seimbang    dan

rapi

Sebagian kecil objek    gambar diwranai dengan   warna yang       sesuai, seimbang, dan

rapi