Aksi Nyata 1.4
Budaya Positif di Sekolah merawat bangku sekolah
Fasilitator :
SITI NURUL ROHMAH, S.Pd. M.Pd
Pendamping Praktik :
Drs. TRISDYANTO, S.Pd
CGP :
DIMAS YUSUF, S.Pd
1. Latar belakang
Pendidikan dan
lingkungan merupakan dua hal yang saling terkait, tujuan Pendidikan yang
membuat anak selamat dan Bahagia tentunya dalam lingkungan. Lingkungan yang
juga merupakan sumber, tempat, dan media Pendidikan selalu terlibat dalam
proses Pendidikan. Lingkungan yang terdekat dengan siswa di dalam kelas adalah
bangku mereka. Untuk itu mengembangkan Budaya positif merawat bangku sekolah
sangatlah penting di semua zaman. Ketidakpedulian terhadap bangku sekolah akan
melahirkan bibit bibit tingkah laku vandalisme seperti mencoret bangku meja,
membuat kotor bangku, dan jenis gambaran yang tidak sesuai dengan ranah
Pendidikan. Penanaman dan pengembangan budaya positif merawat bangku sekolah
mengharuskan adanya kolaborasi dari semua pihak di lingkungan sekolah dengan
penerapan disiplin diri diawali dengan kesepakatan agar budaya Ramah Lingkungan
diterapkan dengan kesadaran.
2. Deskripsi
kegiatan
Dalam menciptakan budaya poositif di
sekolah tidak dapat dilakukan sendiri. Dibutuhkan kerjasama antar semua
pemangku kepentingan di sekolah dalam kegiatan positif yang diterapkan.
Pembiasaan positif yang akan membudaya dan berakar. Sehingga budaya tersebut
dapat menjadi suatu kekuatan unuk menerapkan disiplin positif sekolah. Mengapa
harus disiplin positif, karena semua aturan-aturan yang diterapkan ditujukan
untuk melahirkan mental-mental disiplin yang berdasarkan kesadaran individunya.
Budaya positif lahir karena semua pemangku kepentingan sadar akan pentingnya
taat terhadap sebuah aturan. Taat bukan karena ada konsekuensi dibalik semua
itu, tapi pembiasaan bermula dari dalam diri. Mulai dari diri yang merupakan indikator
dari motivasi intrinsik dimana karakter disiplin yang kuat akan terbentuk.
Penerapan budaya positif merawat bangku
sekolah merupakan kegiatan praktis yang dapat dilakukan baik secara aktif
maupun pasif. Kegiatan aktif dapat dilakukan dengan membetulkan bangku yang
renggang atau oblak dengan cara mengelem ataupun melaporkan kejadian tersebut
kepada Guru yang nantinya akan segera ditangani agar tidak semakin parah
sedangkan kegiatan secara pasif dapat dilakukan dengan tidak mencorat coretnya.
Dimana kegiatan itu akan menjadi dasar pembiasaan positif yang di masa depan
akan berguna bagi anak untuk memperoleh karakter menjaga fasilitas umum. Ketika
pembiasaan yang dimaksud menjadi karakter maka akan mudah mencetak generasi
pelajar Pancasila yang berempati dan kritis yang memiliki daya saing global
dengan kreatifitas tanpa batas namun tetap mengusung kebhinekaan dan gotong
royong sesama.
kegiatan mewujudkan budaya positif merawat
bangku sekolah harus disepakati dan disadari oleh seluruh warga sekolah. Siswa
dan guru bersinergi saling menguatkan dan menumbuhkan karakter positif melalui kegiatan
merawat bangku sekolah. Guru tidak dapat melakukan dan mengevaluasi kegiatan
ini sendiri karena murid memiliki waktu yang lebih banyak dengan bangkunya pada
waktu guru sedang tidak mengawasi maka dibutuhkanlah pihak lain seperti siswa
ataupun guru dari kelas lain.
3. Aksi nyata kegiatan
Program aksi nyata menciptakan budaya
positif merawat bangku sekolah diawali dengan melakukan koordinasi dan
konfirmasi dengan kepala sekolah kemudian membuat kesepakatan dengan murid di kelas dan dalam perjalanannya akan
ditularkan ke kelas lain yang tentunya juga melalui peran guru kelas masing
masing.
Peran guru penggerak dalam menularkan
kebiasaan baik kepada guru lain dan peserta didik dalam membangun budaya
positif yaitu dengan merawat bangku sekolah dengan kesadaran dan disiplin dari
dalam diri.
Aksi nyata kali ini dalam rangka
menumbuhkembangkan budaya positif yang sudah ada disekolah. Mengajak semua
pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan
positif agar terus mengakar dan menyeluruh ke semua warga sekolah. Terutama
mengimbaskan di kalangan murid atau peserta didik dengan motivasi dan dukungan
guru pengampu mata pelajaran. Serta bimbingan walli kelas dalam apresiasi
budaya positif dalam dan antar anggota kelas.
Untuk menerapkan pembiasaan budaya positif
diperlukan komunikasi dua arah antar pemangku kepentingan, karena konsekuensi
bersama terhadap sebuah aturan dalam rangka penerapan disiplin positif tidak
akan berhasil tanpa kesadaran penuh dari masing-masing individu. Untuk itu
diperlukan kesepakatan bersama di dalam kelas.
Langkah pertama dalam menyusun kesepakatan
kelas yaitu memberikan pertanyaan pemantik, dimana dalam pertanyaan itu akan
muncul harapan-harapan yang diimpikan peserta didik dalam proses pembelajaran
terkait dengan bangku belajar mereka. Kemudian tanggapan siswa ditulis dan
didiskusikan bersama untuk digolongkan dan disesuaikan kalimatnya.Hasil
tanggapan itu yang akan direspon kembali oleh peserta didik yang akan menjadi
draft kesepakatan kelas. Peserta didik merespon, guru sebagai kontrol kelas
mengarahkan bagaimana agar keinginan-keinginan yang mereka tuangkan dalam format
tertulis yang dapat diwujudkan. Dengan bekerja sama dalam menyusun kesepakatan
kelas, siswa akan merasa terlibat dalam perencanaanya sehingga muncul benih
tanggungjawab untuk menjalankannya.
Diawali dengan sebuah percakapan sapaan
seperti biasa, “anak-anak apa kabar kalian sekarang…?”, “apakah belajar kalian
sudah nyaman?, “kira-kira bagaimana agar kelas dan kegiatan belajar nyaman,
pembelajaran seperti apa yang kalian inginkan?. “agar terwujud kelas yang
kalian impikan, kira-kira apa yang harus dilakukan?”. “Setelah kalian susun
semua keinginan dan harapan, dalam bentuk kalimat positif, kalian simpulkan
cara menempuh impian dan harapan tersebut”. “baiklah, draft kesepakatan sudah
tersusun, mari kita sepakati bersama, dengan menandatangani draft ini dalam
sebuah poster”,
Kegiatan selanjutnya adalah mendiskusikan
bersama kegiatan yang akan dilakukan dalam merawat bangku sekolah. Berisi
kalimat positif mengenai hal apa saja yang bias dilakukan untuk merawat bangku
sekolah seperti menyediakan lap bersih dan mengelap meja sebelum dan sesudah
belajar. Menjaga meja terhindar dari coretan ataupun tumpahan benda cair dan
menggeser meja dengan hati – hati pada waktu diadakan pergantian pola bangku.
4. Pembelajaran
yang didapat dari pelaksanaan
Proses kegiatan aksi nyata ini belum
seratus persen terlaksana sesuai dengan rancangan karena terbentur dengan aturan
PTMT disusul PPKM dimana hal tersebut membuat ruang gerak dan hubungan langsung
murid, guru, dan banku sekolah menjadi terhambat.
Jika budaya positif terlaksana dengan baik,
hal baik yang akan muncul adalah ditandai dengan kebiasaan komunikasi dua arah
antar semua pemangku kepentingan. Rencana yang awalnya sekolah akan mulai
dibuka, ternyata PPKM darurat diperpanjang karena kasus pandemic covid -19
masih tinggi. Sehingga rencana tindakan aksi nyata tidak sesuai seratus persen
dengan rancangan dan fakta yg dihadapi. Jadi proses sosialisasi dan pemberian
feedback serta pembiasaan positif dilakukan dengan keterbatasan dalam jaringan.
Aksi nyata ini sedikit banyaknya mendapatkan masukan dari guru-guru yang
memberikan aspirasi nya melalui angket yang disebar melalui online.
5. Rencana
Perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
Rancangan aksi nyata ini akan diteruskan sebagai
bentuk pengembangan budaya positif dan membentuk komunitas praktisi di sekolah,
kolaborasi membuat kesepakatan kelas yang berpusat pada murid dengan beberapa
konten atau isi berisi aspirasi peserta didik. Tahapan refleksi akhir semester
akan dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran di semester berikutnya. Dengan
mengagendakan kegiatan sharing dan kolaborasi Bersama antar kelas, walaupun
dalam jaringan atau online.
Perubahan yang akan dilakukan, mulai dari
diri sendiri membudayakan merawat bangku sendiri, dan menerapkan kedisiplinan
dengan cara berkomunikasi dengan siswa secara dua arah. Menerima dan memberikan
aspirasi murid merdeka dalam menentukan daftar kesepakatan belajar bersama.
Dengan kontrol guru, semua menyepakati poin-poin kesepakatan dan di
tandatangani oleh masing-masing. Melakukan refleksi bersama atas kesepakatan
yang diberlakukan.
6. Dokumentasi
proses dan hasil pelaksanaan berupa
foto-foto
1. konsultasi dengan kepala sekolah dan
teman sejawat
2. penyusunan kesepakatan kelas
3.
kegiatan merawat bangku sekolah
(pasif) karena bangku masih bagus tidak
oblak sehingga focus menjaga dari coretan atau kotoran.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar