Kamis, 26 Agustus 2021

Koneksi antar materi modul 2.3 Coaching

                                                 Koneksi antar materi modul 2.3 Coaching


Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita telah mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Proses menuntun tersebut dapat dilakukan salah satu caranya adalah dengan melakukan proses coaching. Coaching dalam dunia pendidikan sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. 

Dalam coaching ini selalu ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari solusi secara mandiri.

Guru sebagai coach mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem among yang diutarakan Ki Hajar Dewantara. Pendidik sebagai penuntun bagi anak didiknya haruslah mampu melakukan pendekatan melalui proses komunikasi. Komunukasi yang dapat membangun kanyaman dan kesetaraan sehingga tercipta rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid serta antara Coach dan coachee. Proses komunikasi yang dijalankan melalui serangkaian proses untuk mengidentifikasi segala apa yang dimilki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Proses tersebut tercipta dalam coaching.

Selain itu ada juga pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep Tut Wuri Handayani di mana murid adalah mitra belajar. Guru bukan lagi sumber pengetahuan satu-satunya akan tetapi ada murid sebagai mitra dalam mencari kesepahaman dalam belajar. Guru bersama murid belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya untuk melejitkan kemampuan yang dimiliki murid. bukan lagi waktunya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimana murid menjadi pemeran utamanya. Guru membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia sesuai kodratnya.

Salah satu bentuk untuk menstimulasi potensi murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang selalu memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat mendesain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan potensi murid. 

Selain itu, secara social emosional  potensi murid dapat berkembang secara maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan tergali dengan proses coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan kedewasaan dalam menghadapi setiap kemelut dalam hidupnya dan mereka akan menemukan jati diri dengan proses coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.

Proses menuntun yang dilakukan dalam coaching adalah sebuah usaha untuk mengeksplorasi murid untuk mampu melejitkan potensinya. Konsep coaching sangat dibutuhkan dalam memberikan layanan pada murid karena sangat berbeda dengan konsep konseling dan mentoring. 

Coaching tidak hanya berawal dari masalah tetapi dari kondisi yang memungkinkan peserta didik mampu memaksimalkan potensi dan kekuatannya untuk menemukan dan menyelesaikannya sendiri.  Mentoring merupakan proses dilakukan ahli dengan berbagi pengalaman kepada mantee untuk menyelesaikan masalahnya. Sedangkan konseling konselor memberikan bantuan solusi untuk menyelesaikan masalah konseling.

Coaching yang dilakukan coach kepada coachee sedikitnya membutuhkan empat keterampilan diantaranya:

·         Keterampilan membangun dasar proses coaching

·         Keterampilan membangun hubungan baik

·         Keterampilan berkomunikasi

·         Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Dalam proses coaching ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach. Model yang dikembangkan dari Salah satu model GROW. Model GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini; Reality (Hal-hal yang nyata). Proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee; Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi; dan Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. 

Model GROW menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan  Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif  dan Umpan balik positif.

Refleksi terhadap proses coaching di sekolah

·         Proses coaching sebagai bentuk usaha sadar yang dilakukan coach untuk menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan coachee untuk hidup sesuai kodratnya dan memperbaiki lakunnya.

  • Proses coaching menjadikan coachee untuk bisa hidup sebagai individu dan bagian msyarakat yang mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri.
  • Proses coaching, menuntun coachee untuk berkesadaran penuh mencapai kemerdekaan belajar digali dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk memaksimalkan potensinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar